Sunday, August 20, 2017

Open Up Ur Heart...: Baby Led Weaning VS Responsive Feeding

Open Up Ur Heart...: Baby Led Weaning VS Responsive Feeding: Pernah mendengar istilah Baby Led Weaning alias BLW? Saya yakin kalau istilah ini tak asing untuk para emak, apalagi yang anaknya sudah men...

Wednesday, May 13, 2015

KITA (1)




C
inta… semua orang pasti pernah merasakan cinta. Cinta selalu menyimpan teka-teki bagi semua orang. Cinta datang dengan semua pelajaran-pelajarannya, bahagia dan sedihnya. Kita tidak akan pernah tahu akan bertemu dengan siapa, akan menjalin hubungan dengan siapa, dan akan menyerahkan seluruh hidup kita ke siapa. Terkadang tidak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa seseorang yang selama ini berada di samping kita adalah cinta sejati kita. Cinta sejati akan selalu ada di hati meskipun terpisah oleh ruang dan waktu.
-----------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡-----------------------------------
BOGOR, 2007

Siang hari di laboratorium Fisika TPB, Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Semua anak mengerumuni papan pengumuman di depan laboratorium tersebut.
Ika       : Nia,,, Dini,,, kita satu kelompok fisika lho *wajah berbinar. I Wayan Widi Parnayoga yang mana ya? Kalian tahu?
Nia      : Dia temen satu jurusan aku, panggilannya Wayan, tuh anaknya (sambil menunjuk)
Ika       : Oh, dia. Kayaknya pendiem ya, gue belum pernah ngobrol sama dia. Kenalan yuk sama dia, khan mau satu kelompok.
Ika pun sedikit berlari kecil menghampiri Wayan yang sedang asik mendengarkan obolan teman-temannya.
Ika       : Hai, kamu Wayan ya? Aku Ika, kita satu kelompok fisika lho, sama Nia&Dini.
Wayan : Hai, saya Wayan. Salam kenal.
Ika       : Semoga kita bisa jadi tim yang kompak ya.
Wayan : Iya
Pembicaraan pun berlanjut tentang tugas praktek Fisika…

Beberapa minggu kemudian

Terdengar OST Full House dari handphone milik Ika, yang menandakan ada sms masuk.
*SMS*
Wayan             : Ka, liat laporan fisika punya lo ya.
Ika                   : Ok, nanti ke kontrakan gue aja.
Tak lama kemudian, suara motor Wayan sudah terdengar di depan rumah kontrakan Ika yang berada di Dramaga Regency. Ika dan beberapa temannya memang sudah tidak tinggal di asrama lagi karena ibu pemilik kontrakan menginginkan mereka masuk ke rumahnya mulai bulan Februari jadi dengan terpaksa mereka harus meninggalkan asrama dan itu tandanya mereka melanggar peraturan asrama. Selama tidak ketahuan pengurus asrama, semua berjalan lancar.
Hal ini juga yang pertama kali ditanyakan oleh Wayan kepadaku. Selain jawaban di atas, sebenarnya ada motif pribadi kenapa aku bersedia meninggalkan asrama lebih awal. Motif itu adalah komputer dan segala peralatannya seperti printer dan scanner. Yup, aku sangat membutuhkan alat-alat tersebut untuk mengerjakan tugas-tgasku di semester II ini. Di asrama ada laboratorium komputer tetapi tidak sebanding dengan jumlah mahasiswi di dalamnya jadi setiap mau menggunakan komputer, aku dan temanku harus membuat strategi agar bisa mendapatkan komputer. Di sekitar kampus memang banyak sekali warnet atau rental tetapi di sana aku tdak bisa konsentrasi mengerjakan tugas karena tempatnya sangat ramai dan aku tidak bisa pulang larut malam karena ada jam malam asrama. Notebook? Aku tidak punya notebook, tidak mungkin minta beliin Bapak karena aku tahu keuangan Bapak gimana jadi lebih baik manfaatkan aja yang ada.
Kembali ke suasana di dalam kontrakan….
Ika                   : Lo dari rumah ?
Wayan             : Yoi *senyum simpul.
Ika                   : Gue buat puding coklat, mau?
Wayan             : Mau lah *mata berbinar-binar.
Ika berjalan menuju kulkas, kemudian menaruh setengah loyang puding coklat di samping Wayan.
Ika                   : Nih, pudingnya. Ngerjainnya jangan lama-lama, nanti kita telat.
Wayan             : Tenang aja, pasti nyampe tepat waktu ko'
Ika                   : Iya, tepat waktu bangget. Untung gue biasa diajak ngebut. *melirik tajam
Wayan             : Hahahaha,,,
Sesampainya di kelas benar-benar tepat waktu. Masuk jam 1, dateng juga jam 1. Untung dosennya belum dateng.
Beberapa minggu ini aku memang sering banget nebeng sama Wayan karena dia berangkatnya dari rumah. Lumayanlah hitung-hitung hemat waktu dan tenaga J Sampai-sampai ada beberapa anak kelas yang ngegosipin kita pacaran. Mereka belum tahu aja sebenarnya Wayan suka sama siapa.
-----------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡-----------------------------------

Ayo Ketupat,,, semangat!!! *suara teriakan suporter A03 dan A04 bergemuruh di gymnasium IPB. Yup, hari ini kelas kami tanding futsal di Olimpiade TPB. Wayan jadi salah satu kiper andalan kami. Kelas kami berhasil menang di babak pertama dan lanjut ke babak selanjutnya. Tetapi di babak selanjutnya kelas kami kalah tapi tidak apa-apa, mereka sudah melakukan yang terbaik buat kelas kami. Lagian mereka pasti capek banget karena tidak ada jeda lama antara pertandingan pertama dan pertandingan kedua.
 Dua semester sudah kami lewati bersama. Tidak ada yang spesial, hanya mengerjakan tugas,,, ujian,,, praktek,,, tugas,,, ujian,,, praktek,,, muter-muter di situ aja. Sebelum kami kembali ke jurusan masing-masing, kelas kami ingin mengadakan perpisahan dan aku ditunjuk sebagai salah satu panitianya (lupa bagian apa). Perpisahan pun ditentukan di daerah Puncak. Aku dan Riland yang bertugas mencari villa buat kami semua. Secara kebetulan, kami mendapatkan villa di daerah Cisarua dekat Curug Cileumber, sebelah villaku waktu perpisahan SMA kelas X (kebetulan banget)
Hari perpisahan pun tiba, beberapa anak naik angkot sewaan dari Dramaga sedangkan sebagian lainnya naik kendaraan pribadi. Aku memilih naik motor dengan Riland karena aku tidak terlalu suka naik mobil (gampang mabok). Wayan seperti biasa menunggangi motor Suzuki biru kebanggaannya, dia juga tidak terlalu suka naik mobil. Beberapa tahun kemudian, akhirnya aku tahu kenapa Wayan juga gak suka naik mobil. Alasannya sama kayak aku, gampang mabok.
Balik ke perpisahan kami di Cisarua. Saat itu bertepatan dengan ulang tahun Ulfah, salah satu personel kelas kami. Kami merencanakan kejutan untuk dia. Tepat di malam itu, kami mengadakan games yang hasilnya adalah mencorat-coret muka Ulfah dan di tengah permainan tiba-tiba salah satu panitia menyatakan perasaan cintanya ke Ulfah (hanya bohongan). Ulfah dan beberapa anak di dalam permainan tersebut hanya diam terkejut. Namun, keterkejutan tersebut langsung berubah menjadi tawa saat aku dan beberapa panitia membawa kue ulang tahun plus lilin ke arah Ulfah. Kami pun bersama-sama menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun untuk Ulfah dan meminta maaf karena telah mengerjai dia J Setelah kejadian itu, Wayan menghampiriku.
Wayan             : Gila, gue kira tadi beneran. Jantung gue beneran mau copot. Tadi gue hampir mau langsung pergi dari sini. Kenapa lo gak cerita-cerita ke gue?
Ika                   : Hahaha,,, untungnya lo gak jadi pulang. Ya masa kejutan gue ceritain ke orang lain *melirik centil.
Wayan             : *mengelus dada *masih syok dengan apa yang dia lihat.
Yup, Wayan memang suka dengan Ulfah dan itu baru dia ceritakan ke aku saat semester II hampir berakhir. Wayan pernah meminta tolong aku untuk mendapatkan foto Ulfah seorang diri tapi karena aku tidak berbakat menjadi mak comblang, jadilah aku hanya bisa mendapatkan foto Ulfah bersama teman-temanku.
-----------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡-----------------------------------

Kami sudah kembali ke jurusan masing-masing, mulai sibuk dengan tugas dan organisasi yang kami ikuti. Namun, Wayan masih sering berkunjung ke kontrakanku terutama setiap hari Jumat. Niatnya mau numpang tidur tapi kebanyakan gagalnya karena aku suka minta tolong dia buat nganterin beli sesuatu atau makan di luar Dramaga. Dan bukan Wayan namanya kalau dia tidak pernah bisa menolak permintaan wanita. Jadi agak kasihan tapi mau gimana lagi, aku di sini gak punya siapa-siapa dan dengan baik hati Wayan tiba-tiba mengangkat aku sebagai adiknya. Beberapa tahun kemudian, Wayan baru cerita ke aku bahwa dia paling gak tahan setiap melihat aku manggil dia “kakak” dengan wajah manja.
Wayan satu jurusan dengan teman kontrakanku yang bernama Adi dan Nia jadi aku mengenalkan Wayan ke mereka biar Wayan bisa jagain mereka di sana, nambah teman juga khan. Aku memang paling suka menghubungkan temanku yang satu dengan temanku yang lainnya agar tali pertemanan kita semakin luas. Aku dan Nia memang sudah sekelas sama Wayan dari TPB jadi tidak perlu terlalu banyak dikenalkan. Adi lah yang tergolong orang baru bagi Wayan.
Suatu hari, Wayan cerita kepadaku bahwa dia menyukai Adi dan ternyata Adi pun merasakannya. Salah aku dan Nia juga karena sering mencoba mencomblangi mereka dan Adi tidak suka dengan Wayan. Sampai di suatu sore, Wayan datang untuk menjemputku ke kampus karena kebetulan kami sama-sama ada acara sore di kampus. Saat itu, kami memaksa Adi untuk keluar tapi dia sangat menolak. Penolakannya memang biasa aja tapi entah mengapa itu membuat Wayan menjadi sangat marah. Alhasil dia ngebut banget sepanjang perjalanan dari kontrakanku menuju kampus. Ngebutnya benar-benar ngebut dan aku sedang dalam kondisi tidak memakai helm jadi aku pengangan erat aja sama dia. Saat Wayan sudah merasa tenang, aku minta maaf karena telah membuatnya marah besar. Aku pikir ini karena kesalahanku juga yang terlalu semangat mencomblangi dia dengan Adi, jadi Adi terkesan membenci dia. Namun, seperti biasa, Wayan selalu menyalahi dirinya. Dia bilang bahwa dia sebenarnya kesal dengan dirinya sendiri tapi aku bingung maksudnya dia apa. Sampai beberapa tahun kemudian aku tersadar dengan kata-katanya, bahwa “Gak perlu terlalu kuat mengejar seorang perempuan. Cukup dengan kasih dia perhatian dan waktu berpikir, kayak kamu ke aku”.
Beberapa bulan kemudian, Wayan terjebak cinta lokasi lagi dan perempuan tersebut adalah Uwen. Ternyata Uwen ini adalah teman SMP aku tapi aku tidak terlalu dekat dengannya jadi aku gak bisa bantu Wayan. Toh, itu juga teman sekelasnya jadi Wayan pasti bisa mengatasinya J Tapi ternyata dia gagal dengan perempuan ini lalu berganti dengan gebetan lainnya. Entah berapa banyak perempuan yang dia ceritakan ke aku. Jujur, aku gak bisa mengingatnya karena betapa banyaknya gebetan serta pacarnya. Ada juga perempuan yang menyukainya karena kebaikannya tetapi kenyataannya dia hanya ingin berbuat baik. Yup, kekurangan Wayan adalah dia terlalu baik, terutama terhadap perempuan. Dia tidak akan pernah bisa menolak permintaan seorang perempuan. Dia selalu cerita hal yang sama hingga akhirnya aku gemas dan bilang bahwa dia harus bisa menolak permintaan perempuan, apalagi kalau dia memang sedang tidak bisa membantunya. Dan berhasil, dia berhasil menolak permintaan seorang perempuan tapi hanya ke aku, lainnya masih NOL *senjata makan tuan.
Sebenarnya tidak semua permintaanku ditolaknya. Dia masih mau bantuin aku pindahan ke kostan di hari libur, bahkan membelikanku pisau dan memasang paku di dinding untuk menaruh kacaku. Walaupun sebenarnya dia kecewa aku pindah ke kostn karena dia kehilangan “rumah jumatnya”, dia jadi harus mencari tumpangan baru untuk tidur setiap waktu sholat jumat dan makan gratis. Yup, selama di kontrakan aku sering sekali bereksperimen dengan masakan dan Wayan adalah salah satu pria yang sering dapat hasil masakanku kecuali donat bantet. Yup, untungnya aku buat donat itu pada hari libur jadi Wayan tidak ikut merasakannya karena rasanya aneh bangget. Aku memang tidak berbakat dalam membuat kue kecuali puding dan bola-bola coklat.
Kembali lagi ke topik awal, mengenai kebaikan Wayan. Dia memang kakak yang sangat baik buat aku. Di saat aku merasa kesepian pasti Wayan selalu ada untuk menghiburku. Dia yang selalu mengantarku ke mana pun. Saat malam hari aku butuh teman untuk menonton badminton kelasku, dia bersedia menemani padahal jam segitu seharusnya dia sudah pulang. Saat aku butuh seseorang untuk mengantarkan ke tempat praktekku di hutan belakang kampus, dia juga bersedia mengantar. Saat aku penelitian, dia yang membantu aku mencari kayu di sekitar kampus. Bahkan saat aku panik motor laboranku tidak bisa nyala, dia dengan secepat kilat datang menghampiriku ke parkiran Cyber Merpati.
Ika                         : Kakak, tolongin aku. Motor laboranku gak bisa nyala. Gimana ini? *suara panik dan hampir nangis.
Wayan                 : Ko’ bisa? Emang kenapa?
Ika                      : Gak tahu, kayaknya bensinnya habis. Aku gak tahu tukang bensin dimana. Kakak bisa ke sini? *masih panik dan mau nangis.
Wayan                 : Ya udah, tunggu di situ sebentar.
Tak lama kemudian, Wayan datang jalan kaki sambil membawa sebotol bensin. Dia langsung mengecek motor laboranku dan ternyata bensinnya masih penuh. Motornya tidak bisa nyala karena tempat kuncinya sudah tua jadi butuh teknik untuk menyalakan motornya. Aku sangat malu saat mengetahui hal tersebut.
Ika                         : Hehehe,,, maaf kak. Aku khan baru belajar motor dan ini motor laboranku jadi aku takut kalo kenapa-kenapa *sambil nyengir.
Wayan                 : Dasar kamu *sambil mengelus kepala.
Ika                         : Maaf kak, terus ini bensinnya gimana?
Wayan                 : Buat kamu aja.
Ika                         : Ya udah, nanti aku kasih temanku aja. Aku balik dulu ya, mau lanjut penelitian. Makasih kakakku sayang *senyum tulus.
Wayan                 : Sama-sama adikku sayang *senyum.
Hal tersebut yang selalu membuat aku bahagia memiliki kakak seperti Wayan, dia benar-benar bertanggung jawab.  Bahkan hanya dengan Wayan aku bisa nangis di belakang punggungnya saat ia sedang berkendara.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Waktu berlalu, kami disibukkan dengan penelitian tetapi Wayan masih bisa menemaniku di laboratorium dan mendengarkan dosen pembimbingku marah kepadaku. Kalau dipikir-pikir lucu juga karena aku dimarahi oleh orang yang namanya sama dengan orang yang menemaniku saat ini J Beberapa bulan kemudian aku seminar dan Wayan ada di sana, mendengarkan kembali dosenku marah karena aku ketahuan menyilangkan kaki di kursi saat seminar *dodol bangget. Saat aku sidang penelitian pun Wayan datang menemaniku, bahkan dia membantuku menyiapkan konsumsinya. Tetapi saat Wayan seminar dan sidang penelitian, aku tidak datang karena aku sudah berada di Jakarta. Sebenarnya Wayan bisa lulus lebih awal dariku tapi entah mengapa dia mengganti topik penelitiannya.
      Selama beberapa bulan kami tidak berkomunikasi karena aku terlalu sibuk untuk mencari pekerjaan di Jakarta dan Wayan sibuk dengan penelitian serta pendaftaran KOASnya. Kami bertemu lagi saat gladi resik wisuda, Juni 2012. Yup, ternyata kami wisuda bareng. Saat itu aku senang sekali karena aku punya teman pulang (nebeng). Bagaimana tidak, teman-temanku mayoritas masih di Bogor, sedangkan aku sudah kembali ke rumah alias Jakarta. Jadilah sore itu aku nebeng pulang dengan Wayan.
Wayan                 : Aku udah selesai, mau pulang sekarang?
Ika                         : Yuk *muka bahagia dapet tebengan.
Wayan                 : Mau nebeng sampe mana?
Ika                         : Stasiun yang searah sama kakak pulang, Bojong Gede atau Cileubeut?
Wayan                 : Itu mah bukan nebeng namanya tapi nganterin kamu. Gak ada stasiun yang searah sama jalan ke rumahku. Aku anterin sampe stasiun Bojong Gede aja ya.
Ika                         : Sippo, makasih kakak *manja.

---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------

Ika                         : Kak, kamu daftar KOAS khan?
Wayan                 : Iya.
Ika                         : Kapan? Kata Nia, udah pembukaan tuh.
Wayan                 : Nanti aja, aku mau jalan-jalan dulu.
Ika                         : Ke mana?
Wayan                 : Pulang kampong ke Bali.
Ika                         : Asik, aku nitip dong. Kain pantai Hello Kitty, kemarin cuma beli satu.
Wayan                 : Ok, warna apa?
Ika                         : Karena aku udah punya warna pink jadi aku nitip warna ungu ya.
Wayan                 : Ok, nanti aku beliin.
Ika                         : Sippo, makasih kakakku.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Ika                         : Kak, aku mau ke Bogor
Wayan                 : Mau ngapain?
Ika                         : Mau tes cpns. Kita bisa ketemu? Mau ngambil titipan hello kitty aku.
Wayan                 :  Bisa. Kebetulan hari Minggu aku ada acara di kampus
Ika                         : Otre, jemput aku di kostn Adi ya. Tahu khan kak?
Wayan                 : Gampang itu mah.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Ini pertemuan pertama kami setelah wisuda. Entah mengapa saat itu aku sedikit canggung, mungkin karena sudah beberapa bulan tidak bertemu dengannya.
Wayan                 : Aku udah di depan kostn Adi.
Ika                         : Ok, tunggu sebentar ya kak.
Tak lama kemudian aku keluar dari kostn Adi sambil berpamitan pulang.
Wayan                 : Ini titipan kamu, tapi aku beliinnya warna hijau coz cuma itu yang ada. Maaf ya
Ika                         : Gak apa-apa. Ini juga lucu, makasih kakak. Berapa?
Wayan                 : Gak usah, buat kamu aja.
Ika                         : Beneran? Makasih kakak.
Wayan                 : Sekarang kamu mau nebeng sampe mana?
Ika                         : Biasa, nebeng sampe stasiun. Kakak mau lewat stasiun apa?
Wayan                 : Itu mah bukan nebeng tapi dianterin sampe stasiun.
Ika                         : Hehehe,,, gak apa-apalah kak. Demi adikmu yang imut-imut ini *nyengir manja
Wayan                 : Dasar kamu *mengelus kepala
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------      
Jakarta, 2013
Kami sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing. Wayan sibuk dengan KOASnya dan aku sibuk dengan pekerjaan baruku. Yup, Alhamdulillah aku diterima di sebuah perusahaan swasta yang mengharuskan aku untuk mengikuti pendidikan selama kurang lebih 10 bulan. Beberapa bulan ini juga aku sering bolak-balik RS karena entah mengapa keluargaku secara bergantian dirawat di RS.
Saat aku sedang membuka handphone, tiba-tiba aku menemukan nama Wayan di kontak whatsappku. Sudah lama juga aku tidak menghubungi dia jadi aku iseng-iseng aja mengirimkan pesan lewat whatsapp.
Ika                         : Kakak,,, apa kabar?
Wayan                 : Baik, Ka. Kamu apa kabar?
Ika                         : Baik. Whatsappku baru aktif lagi nich. Kamu lagi sibuk apa?
Wayan                 : Lagi praktek lapang di Kebun Binatang Bandung.
Ika                         : Asik dong,,,
Obrolan berlanjut ke segala arah sampai pada suatu hari tiba-tiba Wayan mengirim whatsapp yang sangat mengejutkan.
Wayan                 : Ka, aku mau jujur. Sebenarnya aku sayang dan cinta sama kamu.
Ika                         : Hahaha,,, apaan sich kak? Bercanda ya? *tertawa terbaha-bahak
Wayan                 : Gak, aku serius sayang sama kamu.
Ika                         : Sejak kapan? Kok bisa? *masih belum percaya
Wayan                 : Sejak dulu. Kamu inget, waktu malam-malam kamu minta temenin aku nonton badminton kelas kamu di GOR lama? Kalau aku gak ada rasa sama kamu, aku gak mungkin mau nemenin kamu. Mending aku pulang ke rumah coz itu udah malem.
Ika                         : Kakak, kenapa gak ngomong dari dulu?
Wayan                 : Aku takut ngerusak persahabatan kita.
Ika                         : Emm, kak. Maaf, kakak tahu khan kalo kita itu beda jadi kayaknya gak bisa. Kita kakak-adik aja ya J
Wayan                 : Iya, gak apa-apa J
Sejak pernyataan itu, hubungan kami tidak renggang, masih berjalan seperti biasa. Bahkan Wayan malah jadi manggil aku “sayang” dan karena aku senang bercanda jadi aku tanggapi saja panggilan “sayang”nya.
Tepat di hari ulang tahunku, aku harus berangkat ke Banjarmasin selama satu bulan. Meninggalkan Bapak yang masih terbaring di RS, Alhamdulillah ketika aku pamitan beliau sudah mau makan dan terlihat lebih segar. Namun, beliau masih harus diendoskopi untuk mengetahui penyebab penyakit lambungnya. Sayangnya, endoskopi tersebut dilakukan saat aku di Banjarmasin.
Malam sebelum keberangkatanku ke Banjarmasin, Wayan menemaniku packing. Entah mengapa saat itu aku malas sekali untuk packing hingga kutunda-tunda terus dan akhirnya aku begadang, Alhamdulillah ada Wayan yang setia menemaniku begadang. Kami mengobrol segala macam. Tepat di pergantian hari, dia lah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku via telpon.
Yup, akibat packing buru-buru. Untuk pertama kalinya aku meninggalkan barang penting ketika bepergian jauh. Aku meninggalkan tempat kartuku yang berisi KTP, SIM, dan kartu ATM-ATMku entah di mana. Mau balik lagi ke kostn tidak mungkin karena takut ketinggalan pesawat jadi aku berdoa saja semoga bisa naik pesawat tanpa KTP dan Alhamdulillah aku berhasil mendarat di Banjarmasin tanpa KTP.
Selama di Banjarmasin, aku dan Wayan masih sering berkirim whatsapp. Bahkan hampir tiap malam dia menemaniku tidur via telpon. Hal ini karena aku dapat kamar sendiri di depan dan tembok atasnya bolong jadi agak seram kalau malam hari. Teman-temanku sempat curiga dengan kedekatan kami tapi selalu aku tepis karena Wayan beda jadi hubungan kita gak mungkin lebih dari kakak-adik.
24 April 2013, malam yang membuatku sangat gelisah. Hari-hari sebelumnya aku merasa Bapak akan meninggalkan kami untuk selamanya tapi perasaan itu aku tepis dan aku berdoa semoga Bapak di sana baik-baik saja. Tetapi malam ini aku benar-benar tidak bisa tidur, aku benar-benar gelisah. Sampai pada saat aku ingin mengambil wudhu untuk sholat subuh, tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ada SMS masuk, siapa yang SMS sepagi ini, saat itu waktu masih menunjukkan 05.30 WITA. Aku buka handphoneku, isi sms itu hanya dua kalimat “BAPAK MENINGGAL”. Aku syok, langsung kutelpon orang yang mengirim sms tersebut, Inggar adikku. Ketika kutelpon, yang kudengar hanya suara tangis dari sebrang telpon sana. Saat itu juga aku sadar bahwa ini nyata, bukan mimpi. Aku segera mengabari ibu dan minta tolong ibu untuk segera ke RS menemani Inggar, aku juga minta tolong ibu mencarikanku tiket pulang ke Jakarta melalui keluargaku yang kerja di travel karena aku tidak bisa mencari tiket dalam kondisi seperti ini pikiranku kacau. Aku langsung berlari ke kamar teman-temanku untuk mengabari bahwa Bapakku meninggal jadi aku harus pulang hari ini juga, aku minta tolong untuk diizinkan ke kantor. Selanjutnya aku mengabari beberapa temanku dekatku, termasuk Wayan via whatsapp. Setelah itu, aku sholat subuh dengan berlinangan air mata.
Teman-temanku membantuku packing karena saat itu aku sibuk dengan mencari tiket pesawat pulang. Alhamdulillah masih ada satu seat pesawat Garuda untukku tapi aku harus segera berangkat agar tidak ketinggalan penerbangannya. Masalah muncul karena aku belum gajian dan aku lupa membawa kartu ATM, akhirnya pamanku meminjamkan uangnya dan mentransfernya ke rekening temanku. Aku pun dapat pinjaman mobil dari kantor jadi tidak perlu susah mencari taksi ke bandara. Alhamdulillah, perjalananku dimudahkan.
Sepanjang perjalanan, aku hanya diam dan menitikkan air mata. Teman-temanku memintaku Istighfar agar aku kuat, mereka mencoba menghiburku sebaik mungkin. Tapi saat itu aku merasa di dunia lain. Aku merasa melayang, jalan tanpa pikiran, hanya mengikuti langkah kaki. Aku hanya diantar sampai pintu check in dan selanjutnya aku berjalan sendiri ke dalam bandara. Saat itu pesawat Garudanya delay karena ada kerusakan teknis, aku pun harus menunggu beberapa menit dan pamanku mengabari bahwa dia sudah menuju Soekarno Hatta dan menungguku di Terminal 2.
Sesampainya di Jakarta, aku langsung menuju rumahku dan Alhamdulillah kondisi jalanan saat itu tidak macet. Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan menatap kosong ke jalanan. Semua orang memandangiku mulai dari aku turun dari mobil sambil membawa koper sampai rumah budehku yang letaknya bersebelahan dengan rumahku. Aku melihat Bapak sudah tertidur di ruang tamu. Kali ini aku tidak bisa lagi membangunkannya karena Bapak sudah tertidur untuk selamanya. Air mataku hampir menetes kembali tapi aku tahan ketika temanku menyuruhku untuk tidak menangis. Yup, tidak ada lagi air mata karena aku sudah berjanji untuk tidak menangisi kepergian bapak agar bapak tenang dalam perjalanan menuju surganya Allah dan untuk menguatkan adik-adikku. Aku langsung duduk di samping Bapak dengan perasaan yang campur aduk, ini nyata atau mimpi. Ketika aku datang, semua orang berbicara kepada Bapakku bahwa aku sudah datang dan salah satu pamanku mengusapkan tangannya untuk menutup mata Bapakku. Beliau berkata bahwa matanya Bapak tidak mau menutup dari tadi, dia masih nungguin kamu. Aku langsung teringat pembicaraan terakhirku di telpon dengan Bapak. Dia bertanya kapan aku pulang dan aku menjawab tanggal 30 tetapi ternyata Bapak tidak kuat menungguku sampai tanggal segitu, dia harus pergi lima hari sebelum aku pulang.
Segera aku mengambil buku Yaasin dan membacakan surat Yaasin untuk Bapak. Tak lama kemudian Diva datang dan memberitahuku bahwa “Embah bobo”. Aku tersenyum kepadanya kemudian memangkunya sambil melanjutkan membaca surat Yaasin hingga selesai. Setelah itu, aku menemui kedua adikku. Mereka sama-sama terlihat syok, terdiam tanpa suara. Melihat hal tersebut, aku bertekad di dalam hati bahwa aku harus kuat demi mereka karena saat ini kami hanya tinggal bertiga di rumah. Ba’da Dzuhur, Bapak dimakamkan di TPU dekat rumah. Saat Bapak dimasukkan ke liang lahat, lagi-lagi aku hanya bisa memandangnya kosong. Masih bingung antara mimpi dan kenyataan.
Setelah itu kami kembali ke rumah dan ketika aku membuka handphone, ada banyak ucapan belasungkawa dari teman-temanku. Adi dan Nia katanya mau ke rumah malam ini dan Wayan ternyata juga mau ke rumah selesai ngampus. Dia menanyakan alamat lengkap rumahku. Beberapa jam kemudian mereka datang hanya berselang beberapa menit. Malam ini jadwalnya adalah Yaasinan. Kami semua udah siap dengan buku Yaasin kami masing-masing.
Ika                    : Kami mau Yaasinan. Kakak gak apa-apa? Apa mau ikutan baca? *sambil bercanda
Wayan             : Boleh, tapi aku bisanya baca huruf latinnya.
Ika                    : Gak usah, kakak duduk di sini aja J                               
Selesai membaca doa untuk Bapak, kami pamitan untuk kembali ke rumah. Aku, Nia, Adi, dan Wayan serasa temu kangen. Kami mengobrol segala hal terbaru tentang kami masing-masing. Aku merasa tubuhku sangat lelah, mataku terasa berat jadi aku mengobrol sambil tiduran. Saat itu, salah satu dari kami membawa coklat dan karena aku sedang malas gerak jadi aku minta tolong diambilkan coklat. Lalu Wayan yang mengambilkan coklat dan menyuapkannya padaku. Ada perasaan yang beda ketika tangannya menyentuh bibirku, mungkin karena aku sedang lemah, pikirku saat itu. Setelah istirahat sebentar, Wayan pun pamit pulang karena paginya masih harus ngampus. Seharusnya dia tidak perlu jauh-jauh ke rumahku, dia bisa datang saat hari libur. Dia tahu bahwa saat ini aku sangat rapuh dan butuh seseorang untuk menopang.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Sabtu, 4 Mei 2013 adalah hari yang sangat bersejarah buat aku dan Wayan. Hari itu tiba-tiba adik-adikku berkata bahwa mereka harus ke rumah teman mereka dan aku terpaksa ditinggal sendirian. Aku bercerita ke Wayan dan tiba-tiba dia menawarkan diri untuk menemaniku tetapi setelah dia menonton film dengan teman-teman KOASnya. Aku pun membolehkannya setelah berbicara dengan adikku. Jadi adikku boleh pergi kalau Wayan sudah sampai di rumah. Waktu yang disepakati sudah lewat dan aku mulai cemas akan sendirian di rumah. Namun, tidak lama kemudian motornya Wayan berbunyi. Aku langsung menyambutnya dengan suka cita.
Ika                         : Gar, ini Wayan *meninggalkan mereka ke dapur.
Inggar                   : Inggar. Ayo duduk.
Wayan                 : Yoi.
Inggar                   : Lo pacarnya mbak Ika ya?
Wayan                 : Boro-boro
Inggar                   : Hahaha,,, titip mbak gue ya *pergi meninggalkan kami berdua.
Sepeninggalan Inggar, aku lanjut menonton Sailormoon dan tiba-tiba Wayan memelukku dari belakang. Aku pun langsung menengok ke belakang. Kami saling pandang beberapa detik dan seketika itu pula bibir kami bertemu, tangan kanan Wayan menyentuh pipiku dan tangan kirinya menopang tubuhku. Hatiku berdegup kencang. Ini adalah ciuman pertamaku. Aku tidak menyangka akan mengalami ciuman pertama bersamanya.
Wayan                 : Aku sayang kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?
Ika                         : Emmm… *tersenyum
Tanpa perlu menunggu jawabanku, Wayan pun langsung memeluk dan menciumku kembali. Hari itu seakan kita melupakan semua perbedaan kita, tembok itu hancur oleh kasih sayang kita berdua.
Ika                         : Tapi, jangan kasih tahu siapa-siapa dulu ya, terutama Adi dan Nia.
Wayan                 : *hanya mengangguk.
Seminggu kemudian Wayan ulang tahun. Aku menyiapkan surprise kecil-kecilan untuknya. Aku membuatkan puding coklat, makanan kesukaannya saat ia sering maen ke kontrakanku, dan notes kecil untuk dia mencatat pelajaran KOASnya. Aku sudah merencanakan akan mengejutkannya tepat di pergantian hari tetapi saat itu Wayan masih terjaga karena dia mengerjakan tugas KOAS. Aku malah sudah tidur duluan di ruang tamu, tadinya mau menemani dia tapi gagal J Jadilah, saat alarmku berbunyi, aku dengan bodohnya menyuruh Wayan untuk mengambil puding di kulkas. Untungnya dia tidak nyambung dengan perkataanku, mungkin saat itu dia berpikir aku hanya mengigau J Ketika aku sudah benar-benar sadar, aku segera ke dapur mengambil puding coklat dan lilin lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya. Yeay,,, kejutanku berhasil walaupun tidak tepat pukul 00.00 WIB.
Semakin hari hubungan kami semakin erat. Tiap menit kami selalu saling mengabarkan. Tiap malam kami selalu telpon-telponan, membicarakan kejadian yang hari ini kami alami. Sebenarnya aku yang paling banyak cerita karena aku yang selalu punya cerita setiap harinya dan Wayan juga yang selalu menyuruhku untuk bercerita, dia memang lelaki pendiam dan pendengar yang baik. Wayan selalu menemaniku hingga aku tertidur, dia suka bernyanyi untukku. Dia tahu kalau aku susah untuk tidur dan lagu yang bisa membuatku cepat tertidur. Di juga tahu bahwa aku sering sendirian di rumah jadi dia akan selalu menemaniku sampai aku benar-benar tertidur pulas.
Bisa dibilang kami LDRan, walaupun kata orang-orang jarak Jakarta-Bogor mah dekat jadi pasti sering ketemuan. Hey, ini bukan masalah jarak tapi masalah kesibukan masing-masing. Aku yang masih harus ikut pelatihan, yang terkadang weekend pun suka masuk. Wayan juga tidak kalah sibuk dengan agenda KOASnya. Kami tidak terlalu memusingkan hal tersebut karena tiap hari selalu saling mengabari. Setiap kencan akan selalu menjadi momen berharga kami. Kencan pertama kami adalah ke Tamini Square. Untuk pertama kalinya aku boncengan motor dengannya sebagai seorang pacar, bukan adik, rasanya memang berbeda. Di sana Wayan selalu menggenggam tanganku, seakan aku tidak boleh jauh dari dirinya.
Ika                         : Salah tempat nich kita. Aku baru inget di sini banyak orang Pulo.
Wayan                 : Terus kenapa? Emang salah kalau aku megang tangan kamu?
Ika                         : *senyum.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Ika                         : Sayang, ke PRJ yuk? Sebelum aku pergi OJT lagi ke Banjarmasin dan sebelum kamu KOASDA.
Wayan                 : Yuk. Minggu ini aja, say.
Ika                         : Ok.
Kami pun pergi ke PRJ dengan naik motor dan melalui bantuan Nokia Maps. Kami hampir nyasar karena aku salah baca peta tapi Wayan berhasil menyelamatkan kami sampai PRJ. Sesampainya di PRJ, kami kelilingi semua booth yang ada di sana. Baru pertama kali aku benar-benar masuk ke semua booth yang ada di PRJ. Aku berhasil membujuk Wayan membeli powerbank untuk mengatasi handphonenya yang sering mati. Kami foto-foto di hampir seluruh venue. Wayan sangat puas masuk ke dunia Korea, hampir semua barang yang ada di sana dia foto bersama dengan dirinya. Dan aku baru sadar bahwa pacarku ternyata berbakat sekali menjadi fotografer dan foto model.
Aku penasaran dengan rumah hantu di sana jadi aku mengajak Wayan untuk masuk ke dalamnya.
Ika                         : Sayang, ke rumah hantu yuk?
Wayan                 : Kamu yakin mau masuk ke sana? Gak takut?
Ika                         : Khan ada kamu *melirik manja
Wayan                 : Kayaknya gak nyeremin, say. Ngantrinya panjang juga.
Ika                         : Tapi aku penasaran pengen masuk. Ayolah, say *mata memohon.
Wayan                 : Ya udah, ayo kita masuk.
Ika                         : Makasih sayangku J
Kami pun memasuki rumah hantu. Di awal pintu masuk sudah terdengar suara-suara dan bau ciri khas rumah hantu. Ternyata kami harus jalan sampai pintu keluar, melewati lorong yang gelap. Aku terus pegangan dengan Wayan, sedangkan dia sibuk mencari jalan untuk kami keluar. Pernah di suatu lorong kami tersesat dan dengan santainya dia bertanya dengan hantu di dalam lorong tersebut. Jelaslah hantu itu tidak akan kasih tahu, dia khan tidak boleh bicara. Akhirnya aku melihat ada jalan dan kami bisa keluar lorong tersebut. Kejadian itu sangat konyol, jadilah kami berdua tertawa terbahak-bahak sepanjang perjalanan keluar rumah hantu. Mungkin orang-orang heran karena tidak biasanya ada orang keluar rumah hantu dengan tertawa terbahak-bahak.
Setelah keluar dari rumah hantu, kami makan malam dan ternyata ada sebuah band terkenal di panggung utama, Ada Band. Setelah makan, kami langsung menuju panggung utama. Mendengarkan dan ikut bernyanyi bersama Ada Band. Sejak saat itu, lagu-lagu Ada Band menjadi lagu kenangan buat kami. Bahkan Wayan pernah berkata bahwa dia akan langsung ingat aku tiap dengar lagu Ada Band. Sungguh petualangan di PRJ yang sangat menyenangkan dan akan selalu dikenang, selamanya.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------