C
|
inta… semua orang pasti pernah merasakan cinta. Cinta selalu
menyimpan teka-teki bagi semua orang. Cinta datang dengan semua pelajaran-pelajarannya,
bahagia dan sedihnya. Kita tidak akan pernah tahu akan bertemu dengan siapa,
akan menjalin hubungan dengan siapa, dan akan menyerahkan seluruh hidup kita ke
siapa. Terkadang tidak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa seseorang yang
selama ini berada di samping kita adalah cinta sejati kita. Cinta sejati akan
selalu ada di hati meskipun terpisah oleh ruang dan waktu.
-----------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡-----------------------------------
BOGOR,
2007
Siang hari di laboratorium Fisika TPB,
Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Semua anak mengerumuni papan pengumuman di
depan laboratorium tersebut.
Ika : Nia,,, Dini,,, kita
satu kelompok fisika lho *wajah berbinar. I Wayan Widi Parnayoga yang mana ya?
Kalian tahu?
Nia : Dia temen satu
jurusan aku, panggilannya Wayan, tuh anaknya (sambil menunjuk)
Ika : Oh, dia.
Kayaknya pendiem ya, gue belum pernah ngobrol sama dia. Kenalan yuk sama dia,
khan mau satu kelompok.
Ika pun sedikit berlari kecil menghampiri Wayan yang sedang asik
mendengarkan obolan teman-temannya.
Ika : Hai, kamu Wayan ya?
Aku Ika, kita satu kelompok fisika lho, sama Nia&Dini.
Wayan : Hai, saya Wayan. Salam kenal.
Wayan : Hai, saya Wayan. Salam kenal.
Ika : Semoga kita bisa
jadi tim yang kompak ya.
Wayan : Iya
Pembicaraan pun berlanjut tentang tugas praktek Fisika…
Beberapa
minggu kemudian
Terdengar OST Full House dari handphone
milik Ika, yang menandakan ada sms masuk.
*SMS*
Wayan : Ka, liat
laporan fisika punya lo ya.
Ika : Ok, nanti ke kontrakan gue aja.
Tak lama kemudian, suara motor Wayan sudah terdengar di depan rumah kontrakan
Ika yang berada di Dramaga Regency. Ika dan beberapa temannya memang sudah
tidak tinggal di asrama lagi karena ibu pemilik kontrakan menginginkan mereka
masuk ke rumahnya mulai bulan Februari jadi dengan terpaksa mereka harus
meninggalkan asrama dan itu tandanya mereka melanggar peraturan asrama. Selama
tidak ketahuan pengurus asrama, semua berjalan lancar.
Hal ini juga yang pertama kali ditanyakan oleh
Wayan kepadaku. Selain jawaban di atas, sebenarnya ada motif pribadi kenapa aku
bersedia meninggalkan asrama lebih awal. Motif itu adalah komputer dan segala
peralatannya seperti printer dan scanner. Yup, aku sangat membutuhkan alat-alat
tersebut untuk mengerjakan tugas-tgasku di semester II ini. Di asrama ada
laboratorium komputer tetapi tidak sebanding dengan jumlah mahasiswi di
dalamnya jadi setiap mau menggunakan komputer, aku dan temanku harus membuat
strategi agar bisa mendapatkan komputer. Di sekitar kampus memang banyak sekali
warnet atau rental tetapi di sana aku tdak bisa konsentrasi mengerjakan tugas
karena tempatnya sangat ramai dan aku tidak bisa pulang larut malam karena ada
jam malam asrama. Notebook? Aku tidak punya notebook, tidak mungkin minta
beliin Bapak karena aku tahu keuangan Bapak gimana jadi lebih baik manfaatkan
aja yang ada.
Kembali ke suasana di dalam kontrakan….
Ika : Lo dari
rumah ?
Wayan : Yoi *senyum
simpul.
Ika : Gue buat
puding coklat, mau?
Wayan : Mau lah
*mata berbinar-binar.
Ika berjalan menuju kulkas, kemudian menaruh setengah loyang puding
coklat di samping Wayan.
Ika : Nih, pudingnya. Ngerjainnya jangan lama-lama, nanti
kita telat.
Wayan : Tenang aja, pasti nyampe tepat waktu ko'
Wayan : Tenang aja, pasti nyampe tepat waktu ko'
Ika : Iya,
tepat waktu bangget. Untung gue biasa diajak ngebut. *melirik tajam
Wayan : Hahahaha,,,
Sesampainya di kelas benar-benar tepat waktu. Masuk jam 1, dateng
juga jam 1. Untung dosennya belum dateng.
Beberapa minggu ini aku memang sering banget
nebeng sama Wayan karena dia berangkatnya dari rumah. Lumayanlah hitung-hitung
hemat waktu dan tenaga J
Sampai-sampai ada beberapa anak kelas yang ngegosipin kita pacaran. Mereka
belum tahu aja sebenarnya Wayan suka sama siapa.
-----------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡-----------------------------------
Ayo Ketupat,,, semangat!!! *suara teriakan
suporter A03 dan A04 bergemuruh di gymnasium IPB. Yup, hari ini kelas kami
tanding futsal di Olimpiade TPB. Wayan jadi salah satu kiper andalan kami.
Kelas kami berhasil menang di babak pertama dan lanjut ke babak selanjutnya. Tetapi
di babak selanjutnya kelas kami kalah tapi tidak apa-apa, mereka sudah
melakukan yang terbaik buat kelas kami. Lagian mereka pasti capek banget karena
tidak ada jeda lama antara pertandingan pertama dan pertandingan kedua.
Dua semester sudah kami lewati bersama. Tidak
ada yang spesial, hanya mengerjakan tugas,,, ujian,,, praktek,,, tugas,,,
ujian,,, praktek,,, muter-muter di situ aja. Sebelum kami kembali ke jurusan masing-masing, kelas kami ingin
mengadakan perpisahan dan aku ditunjuk sebagai salah satu panitianya (lupa
bagian apa). Perpisahan pun ditentukan di daerah Puncak. Aku dan Riland yang bertugas
mencari villa buat kami semua. Secara kebetulan, kami mendapatkan villa di
daerah Cisarua dekat Curug Cileumber, sebelah villaku waktu perpisahan SMA
kelas X (kebetulan banget)
Hari perpisahan pun tiba, beberapa anak naik
angkot sewaan dari Dramaga sedangkan sebagian lainnya naik kendaraan pribadi.
Aku memilih naik motor dengan Riland karena aku tidak terlalu suka naik mobil
(gampang mabok). Wayan seperti biasa menunggangi motor Suzuki biru
kebanggaannya, dia juga tidak terlalu suka naik mobil. Beberapa tahun kemudian,
akhirnya aku tahu kenapa Wayan juga gak suka naik mobil. Alasannya sama kayak
aku, gampang mabok.
Balik ke perpisahan kami di Cisarua. Saat
itu bertepatan dengan ulang tahun Ulfah, salah satu personel kelas kami. Kami
merencanakan kejutan untuk dia. Tepat di malam itu, kami mengadakan games yang
hasilnya adalah mencorat-coret muka Ulfah dan di tengah permainan tiba-tiba
salah satu panitia menyatakan perasaan cintanya ke Ulfah (hanya bohongan).
Ulfah dan beberapa anak di dalam permainan tersebut hanya diam terkejut. Namun,
keterkejutan tersebut langsung berubah menjadi tawa saat aku dan beberapa
panitia membawa kue ulang tahun plus lilin ke arah Ulfah. Kami pun bersama-sama
menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun untuk Ulfah dan meminta maaf karena telah
mengerjai dia J Setelah kejadian itu, Wayan
menghampiriku.
Wayan : Gila, gue
kira tadi beneran. Jantung gue beneran mau copot. Tadi gue hampir mau langsung
pergi dari sini. Kenapa lo gak cerita-cerita ke gue?
Ika :
Hahaha,,, untungnya lo gak jadi pulang. Ya masa kejutan gue ceritain ke orang
lain *melirik centil.
Wayan : *mengelus
dada *masih syok dengan apa yang dia lihat.
Yup, Wayan memang suka dengan Ulfah dan itu baru dia ceritakan ke
aku saat semester II hampir berakhir. Wayan pernah meminta tolong aku untuk
mendapatkan foto Ulfah seorang diri tapi karena aku tidak berbakat menjadi mak
comblang, jadilah aku hanya bisa mendapatkan foto Ulfah bersama teman-temanku.
-----------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡-----------------------------------
Kami sudah kembali
ke jurusan masing-masing, mulai sibuk dengan tugas dan organisasi yang kami
ikuti. Namun, Wayan masih sering berkunjung ke kontrakanku terutama setiap hari
Jumat. Niatnya mau numpang tidur tapi kebanyakan gagalnya karena aku suka minta
tolong dia buat nganterin beli sesuatu atau makan di luar Dramaga. Dan bukan
Wayan namanya kalau dia tidak pernah bisa menolak permintaan wanita. Jadi agak
kasihan tapi mau gimana lagi, aku di sini gak punya siapa-siapa dan dengan baik
hati Wayan tiba-tiba mengangkat aku sebagai adiknya. Beberapa tahun kemudian,
Wayan baru cerita ke aku bahwa dia paling gak tahan setiap melihat aku manggil
dia “kakak” dengan wajah manja.
Wayan satu jurusan
dengan teman kontrakanku yang bernama Adi dan Nia jadi aku mengenalkan Wayan ke
mereka biar Wayan bisa jagain mereka di sana, nambah teman juga khan. Aku
memang paling suka menghubungkan temanku yang satu dengan temanku yang lainnya
agar tali pertemanan kita semakin luas. Aku dan Nia memang sudah sekelas sama
Wayan dari TPB jadi tidak perlu terlalu banyak dikenalkan. Adi lah yang
tergolong orang baru bagi Wayan.
Suatu hari, Wayan
cerita kepadaku bahwa dia menyukai Adi dan ternyata Adi pun merasakannya. Salah
aku dan Nia juga karena sering mencoba mencomblangi mereka dan Adi tidak suka
dengan Wayan. Sampai di suatu sore, Wayan datang untuk menjemputku ke kampus
karena kebetulan kami sama-sama ada acara sore di kampus. Saat itu, kami
memaksa Adi untuk keluar tapi dia sangat menolak. Penolakannya memang biasa aja
tapi entah mengapa itu membuat Wayan menjadi sangat marah. Alhasil dia ngebut
banget sepanjang perjalanan dari kontrakanku menuju kampus. Ngebutnya
benar-benar ngebut dan aku sedang dalam kondisi tidak memakai helm jadi aku pengangan
erat aja sama dia. Saat Wayan sudah merasa tenang, aku minta maaf karena telah
membuatnya marah besar. Aku pikir ini karena kesalahanku juga yang terlalu
semangat mencomblangi dia dengan Adi, jadi Adi terkesan membenci dia. Namun,
seperti biasa, Wayan selalu menyalahi dirinya. Dia bilang bahwa dia sebenarnya
kesal dengan dirinya sendiri tapi aku bingung maksudnya dia apa. Sampai
beberapa tahun kemudian aku tersadar dengan kata-katanya, bahwa “Gak perlu
terlalu kuat mengejar seorang perempuan. Cukup dengan kasih dia perhatian dan
waktu berpikir, kayak kamu ke aku”.
Beberapa bulan
kemudian, Wayan terjebak cinta lokasi lagi dan perempuan tersebut adalah Uwen.
Ternyata Uwen ini adalah teman SMP aku tapi aku tidak terlalu dekat dengannya
jadi aku gak bisa bantu Wayan. Toh, itu juga teman sekelasnya jadi Wayan pasti
bisa mengatasinya J
Tapi ternyata dia gagal dengan perempuan ini lalu berganti dengan gebetan
lainnya. Entah berapa banyak perempuan yang dia ceritakan ke aku. Jujur, aku
gak bisa mengingatnya karena betapa banyaknya gebetan serta pacarnya. Ada juga
perempuan yang menyukainya karena kebaikannya tetapi kenyataannya dia hanya
ingin berbuat baik. Yup, kekurangan Wayan adalah dia terlalu baik, terutama
terhadap perempuan. Dia tidak akan pernah bisa menolak permintaan seorang
perempuan. Dia selalu cerita hal yang sama hingga akhirnya aku gemas dan bilang
bahwa dia harus bisa menolak permintaan perempuan, apalagi kalau dia memang
sedang tidak bisa membantunya. Dan berhasil, dia berhasil menolak permintaan
seorang perempuan tapi hanya ke aku, lainnya masih NOL *senjata makan tuan.
Sebenarnya tidak
semua permintaanku ditolaknya. Dia masih mau bantuin aku pindahan ke kostan di
hari libur, bahkan membelikanku pisau dan memasang paku di dinding untuk
menaruh kacaku. Walaupun sebenarnya dia kecewa aku pindah ke kostn karena dia
kehilangan “rumah jumatnya”, dia jadi harus mencari tumpangan baru untuk tidur
setiap waktu sholat jumat dan makan gratis. Yup, selama di kontrakan aku sering
sekali bereksperimen dengan masakan dan Wayan adalah salah satu pria yang
sering dapat hasil masakanku kecuali donat bantet. Yup, untungnya aku buat
donat itu pada hari libur jadi Wayan tidak ikut merasakannya karena rasanya
aneh bangget. Aku memang tidak berbakat dalam membuat kue kecuali puding dan
bola-bola coklat.
Kembali lagi ke
topik awal, mengenai kebaikan Wayan. Dia memang kakak yang sangat baik buat
aku. Di saat aku merasa kesepian pasti Wayan selalu ada untuk menghiburku. Dia
yang selalu mengantarku ke mana pun. Saat malam hari aku butuh teman untuk
menonton badminton kelasku, dia bersedia menemani padahal jam segitu seharusnya
dia sudah pulang. Saat aku butuh seseorang untuk mengantarkan ke tempat
praktekku di hutan belakang kampus, dia juga bersedia mengantar. Saat aku
penelitian, dia yang membantu aku mencari kayu di sekitar kampus. Bahkan saat
aku panik motor laboranku tidak bisa nyala, dia dengan secepat kilat datang
menghampiriku ke parkiran Cyber Merpati.
Ika :
Kakak, tolongin aku. Motor laboranku gak bisa nyala. Gimana ini? *suara panik
dan hampir nangis.
Wayan :
Ko’ bisa? Emang kenapa?
Ika :
Gak tahu, kayaknya bensinnya habis. Aku gak tahu tukang bensin dimana. Kakak
bisa ke sini? *masih panik dan mau nangis.
Wayan :
Ya udah, tunggu di situ sebentar.
Tak lama kemudian, Wayan datang jalan kaki
sambil membawa sebotol bensin. Dia langsung mengecek motor laboranku dan
ternyata bensinnya masih penuh. Motornya tidak bisa nyala karena tempat
kuncinya sudah tua jadi butuh teknik untuk menyalakan motornya. Aku sangat malu
saat mengetahui hal tersebut.
Ika :
Hehehe,,, maaf kak. Aku khan baru belajar motor dan ini motor laboranku jadi
aku takut kalo kenapa-kenapa *sambil nyengir.
Wayan :
Dasar kamu *sambil mengelus kepala.
Ika :
Maaf kak, terus ini bensinnya gimana?
Wayan :
Buat kamu aja.
Ika :
Ya udah, nanti aku kasih temanku aja. Aku balik dulu ya, mau lanjut penelitian.
Makasih kakakku sayang *senyum tulus.
Wayan :
Sama-sama adikku sayang *senyum.
Hal tersebut yang selalu membuat aku
bahagia memiliki kakak seperti Wayan, dia benar-benar bertanggung jawab. Bahkan hanya dengan Wayan aku bisa nangis di
belakang punggungnya saat ia sedang berkendara.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Waktu berlalu, kami
disibukkan dengan penelitian tetapi Wayan masih bisa menemaniku di laboratorium
dan mendengarkan dosen pembimbingku marah kepadaku. Kalau dipikir-pikir lucu
juga karena aku dimarahi oleh orang yang namanya sama dengan orang yang
menemaniku saat ini J
Beberapa bulan kemudian aku seminar dan Wayan ada di sana, mendengarkan kembali
dosenku marah karena aku ketahuan menyilangkan kaki di kursi saat seminar
*dodol bangget. Saat aku sidang penelitian pun Wayan datang menemaniku, bahkan
dia membantuku menyiapkan konsumsinya. Tetapi saat Wayan seminar dan sidang
penelitian, aku tidak datang karena aku sudah berada di Jakarta. Sebenarnya
Wayan bisa lulus lebih awal dariku tapi entah mengapa dia mengganti topik
penelitiannya.
Selama beberapa bulan kami tidak
berkomunikasi karena aku terlalu sibuk untuk mencari pekerjaan di Jakarta dan
Wayan sibuk dengan penelitian serta pendaftaran KOASnya. Kami bertemu lagi saat
gladi resik wisuda, Juni 2012. Yup, ternyata kami wisuda bareng. Saat itu aku
senang sekali karena aku punya teman pulang (nebeng). Bagaimana tidak,
teman-temanku mayoritas masih di Bogor, sedangkan aku sudah kembali ke rumah
alias Jakarta. Jadilah sore itu aku nebeng pulang dengan Wayan.
Wayan :
Aku udah selesai, mau pulang sekarang?
Ika :
Yuk *muka bahagia dapet tebengan.
Wayan :
Mau nebeng sampe mana?
Ika :
Stasiun yang searah sama kakak pulang, Bojong Gede atau Cileubeut?
Wayan :
Itu mah bukan nebeng namanya tapi nganterin kamu. Gak ada stasiun yang searah
sama jalan ke rumahku. Aku anterin sampe stasiun Bojong Gede aja ya.
Ika :
Sippo, makasih kakak *manja.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Ika :
Kak, kamu daftar KOAS khan?
Wayan :
Iya.
Ika :
Kapan? Kata Nia, udah pembukaan tuh.
Wayan :
Nanti aja, aku mau jalan-jalan dulu.
Ika :
Ke mana?
Wayan :
Pulang kampong ke Bali.
Ika :
Asik, aku nitip dong. Kain pantai Hello Kitty, kemarin cuma beli satu.
Wayan :
Ok, warna apa?
Ika :
Karena aku udah punya warna pink jadi aku nitip warna ungu ya.
Wayan :
Ok, nanti aku beliin.
Ika :
Sippo, makasih kakakku.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Ika :
Kak, aku mau ke Bogor
Wayan :
Mau ngapain?
Ika :
Mau tes cpns. Kita bisa ketemu? Mau ngambil titipan hello kitty aku.
Wayan : Bisa. Kebetulan hari Minggu aku ada acara di
kampus
Ika :
Otre, jemput aku di kostn Adi ya. Tahu khan kak?
Wayan :
Gampang itu mah.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Ini pertemuan pertama kami setelah wisuda.
Entah mengapa saat itu aku sedikit canggung, mungkin karena sudah beberapa
bulan tidak bertemu dengannya.
Wayan :
Aku udah di depan kostn Adi.
Ika :
Ok, tunggu sebentar ya kak.
Tak lama kemudian aku keluar dari kostn
Adi sambil berpamitan pulang.
Wayan :
Ini titipan kamu, tapi aku beliinnya warna hijau coz cuma itu yang ada. Maaf ya
Ika :
Gak apa-apa. Ini juga lucu, makasih kakak. Berapa?
Wayan :
Gak usah, buat kamu aja.
Ika :
Beneran? Makasih kakak.
Wayan :
Sekarang kamu mau nebeng sampe mana?
Ika :
Biasa, nebeng sampe stasiun. Kakak mau lewat stasiun apa?
Wayan :
Itu mah bukan nebeng tapi dianterin sampe stasiun.
Ika :
Hehehe,,, gak apa-apalah kak. Demi adikmu yang imut-imut ini *nyengir manja
Wayan :
Dasar kamu *mengelus kepala
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Jakarta, 2013
Kami sama-sama
sibuk dengan kegiatan masing-masing. Wayan sibuk dengan KOASnya dan aku sibuk
dengan pekerjaan baruku. Yup, Alhamdulillah aku diterima di sebuah perusahaan
swasta yang mengharuskan aku untuk mengikuti pendidikan selama kurang lebih 10
bulan. Beberapa bulan ini juga aku sering bolak-balik RS karena entah mengapa
keluargaku secara bergantian dirawat di RS.
Saat aku sedang
membuka handphone, tiba-tiba aku menemukan nama Wayan di kontak whatsappku.
Sudah lama juga aku tidak menghubungi dia jadi aku iseng-iseng aja mengirimkan
pesan lewat whatsapp.
Ika :
Kakak,,, apa kabar?
Wayan :
Baik, Ka. Kamu apa kabar?
Ika :
Baik. Whatsappku baru aktif lagi nich. Kamu lagi sibuk apa?
Wayan :
Lagi praktek lapang di Kebun Binatang Bandung.
Ika :
Asik dong,,,
Obrolan berlanjut ke segala arah sampai
pada suatu hari tiba-tiba Wayan mengirim whatsapp yang sangat mengejutkan.
Wayan :
Ka, aku mau jujur. Sebenarnya aku sayang dan cinta sama kamu.
Ika :
Hahaha,,, apaan sich kak? Bercanda ya? *tertawa terbaha-bahak
Wayan :
Gak, aku serius sayang sama kamu.
Ika :
Sejak kapan? Kok bisa? *masih belum percaya
Wayan :
Sejak dulu. Kamu inget, waktu malam-malam kamu minta temenin aku nonton
badminton kelas kamu di GOR lama? Kalau aku gak ada rasa sama kamu, aku gak
mungkin mau nemenin kamu. Mending aku pulang ke rumah coz itu udah malem.
Ika :
Kakak, kenapa gak ngomong dari dulu?
Wayan :
Aku takut ngerusak persahabatan kita.
Ika :
Emm, kak. Maaf, kakak tahu khan kalo kita itu beda jadi kayaknya gak bisa. Kita
kakak-adik aja ya J
Wayan :
Iya, gak apa-apa J
Sejak pernyataan itu, hubungan kami tidak
renggang, masih berjalan seperti biasa. Bahkan Wayan malah jadi manggil aku
“sayang” dan karena aku senang bercanda jadi aku tanggapi saja panggilan
“sayang”nya.
Tepat di hari ulang
tahunku, aku harus berangkat ke Banjarmasin selama satu bulan. Meninggalkan
Bapak yang masih terbaring di RS, Alhamdulillah ketika aku pamitan beliau sudah
mau makan dan terlihat lebih segar. Namun, beliau masih harus diendoskopi untuk
mengetahui penyebab penyakit lambungnya. Sayangnya, endoskopi tersebut
dilakukan saat aku di Banjarmasin.
Malam sebelum
keberangkatanku ke Banjarmasin, Wayan menemaniku packing. Entah mengapa saat itu aku malas sekali untuk packing hingga kutunda-tunda terus dan
akhirnya aku begadang, Alhamdulillah ada Wayan yang setia menemaniku begadang.
Kami mengobrol segala macam. Tepat di pergantian hari, dia lah orang pertama
yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku via telpon.
Yup, akibat packing buru-buru. Untuk pertama kalinya
aku meninggalkan barang penting ketika bepergian jauh. Aku meninggalkan tempat
kartuku yang berisi KTP, SIM, dan kartu ATM-ATMku entah di mana. Mau balik lagi
ke kostn tidak mungkin karena takut ketinggalan pesawat jadi aku berdoa saja
semoga bisa naik pesawat tanpa KTP dan Alhamdulillah aku berhasil mendarat di
Banjarmasin tanpa KTP.
Selama di
Banjarmasin, aku dan Wayan masih sering berkirim whatsapp. Bahkan hampir tiap
malam dia menemaniku tidur via telpon. Hal ini karena aku dapat kamar sendiri
di depan dan tembok atasnya bolong jadi agak seram kalau malam hari.
Teman-temanku sempat curiga dengan kedekatan kami tapi selalu aku tepis karena
Wayan beda jadi hubungan kita gak mungkin lebih dari kakak-adik.
24 April 2013,
malam yang membuatku sangat gelisah. Hari-hari sebelumnya aku merasa Bapak akan
meninggalkan kami untuk selamanya tapi perasaan itu aku tepis dan aku berdoa
semoga Bapak di sana baik-baik saja. Tetapi malam ini aku benar-benar tidak
bisa tidur, aku benar-benar gelisah. Sampai pada saat aku ingin mengambil wudhu
untuk sholat subuh, tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ada SMS masuk, siapa yang
SMS sepagi ini, saat itu waktu masih menunjukkan 05.30 WITA. Aku buka
handphoneku, isi sms itu hanya dua kalimat “BAPAK MENINGGAL”. Aku syok,
langsung kutelpon orang yang mengirim sms tersebut, Inggar adikku. Ketika
kutelpon, yang kudengar hanya suara tangis dari sebrang telpon sana. Saat itu
juga aku sadar bahwa ini nyata, bukan mimpi. Aku segera mengabari ibu dan minta
tolong ibu untuk segera ke RS menemani Inggar, aku juga minta tolong ibu
mencarikanku tiket pulang ke Jakarta melalui keluargaku yang kerja di travel
karena aku tidak bisa mencari tiket dalam kondisi seperti ini pikiranku kacau.
Aku langsung berlari ke kamar teman-temanku untuk mengabari bahwa Bapakku
meninggal jadi aku harus pulang hari ini juga, aku minta tolong untuk diizinkan
ke kantor. Selanjutnya aku mengabari beberapa temanku dekatku, termasuk Wayan
via whatsapp. Setelah itu, aku sholat subuh dengan berlinangan air mata.
Teman-temanku
membantuku packing karena saat itu
aku sibuk dengan mencari tiket pesawat pulang. Alhamdulillah masih ada satu
seat pesawat Garuda untukku tapi aku harus segera berangkat agar tidak
ketinggalan penerbangannya. Masalah muncul karena aku belum gajian dan aku lupa
membawa kartu ATM, akhirnya pamanku meminjamkan uangnya dan mentransfernya ke
rekening temanku. Aku pun dapat pinjaman mobil dari kantor jadi tidak perlu
susah mencari taksi ke bandara. Alhamdulillah, perjalananku dimudahkan.
Sepanjang
perjalanan, aku hanya diam dan menitikkan air mata. Teman-temanku memintaku
Istighfar agar aku kuat, mereka mencoba menghiburku sebaik mungkin. Tapi saat
itu aku merasa di dunia lain. Aku merasa melayang, jalan tanpa pikiran, hanya
mengikuti langkah kaki. Aku hanya diantar sampai pintu check in dan selanjutnya
aku berjalan sendiri ke dalam bandara. Saat itu pesawat Garudanya delay karena
ada kerusakan teknis, aku pun harus menunggu beberapa menit dan pamanku
mengabari bahwa dia sudah menuju Soekarno Hatta dan menungguku di Terminal 2.
Sesampainya di
Jakarta, aku langsung menuju rumahku dan Alhamdulillah kondisi jalanan saat itu
tidak macet. Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan menatap kosong ke jalanan.
Semua orang memandangiku mulai dari aku turun dari mobil sambil membawa koper
sampai rumah budehku yang letaknya bersebelahan dengan rumahku. Aku melihat
Bapak sudah tertidur di ruang tamu. Kali ini aku tidak bisa lagi
membangunkannya karena Bapak sudah tertidur untuk selamanya. Air mataku hampir
menetes kembali tapi aku tahan ketika temanku menyuruhku untuk tidak menangis.
Yup, tidak ada lagi air mata karena aku sudah berjanji untuk tidak menangisi
kepergian bapak agar bapak tenang dalam perjalanan menuju surganya Allah dan
untuk menguatkan adik-adikku. Aku langsung duduk di samping Bapak dengan
perasaan yang campur aduk, ini nyata atau mimpi. Ketika aku datang, semua orang
berbicara kepada Bapakku bahwa aku sudah datang dan salah satu pamanku
mengusapkan tangannya untuk menutup mata Bapakku. Beliau berkata bahwa matanya
Bapak tidak mau menutup dari tadi, dia masih nungguin kamu. Aku langsung
teringat pembicaraan terakhirku di telpon dengan Bapak. Dia bertanya kapan aku
pulang dan aku menjawab tanggal 30 tetapi ternyata Bapak tidak kuat menungguku
sampai tanggal segitu, dia harus pergi lima hari sebelum aku pulang.
Segera aku
mengambil buku Yaasin dan membacakan surat Yaasin untuk Bapak. Tak lama
kemudian Diva datang dan memberitahuku bahwa “Embah bobo”. Aku tersenyum
kepadanya kemudian memangkunya sambil melanjutkan membaca surat Yaasin hingga
selesai. Setelah itu, aku menemui kedua adikku. Mereka sama-sama terlihat syok,
terdiam tanpa suara. Melihat hal tersebut, aku bertekad di dalam hati bahwa aku
harus kuat demi mereka karena saat ini kami hanya tinggal bertiga di rumah.
Ba’da Dzuhur, Bapak dimakamkan di TPU dekat rumah. Saat Bapak dimasukkan ke
liang lahat, lagi-lagi aku hanya bisa memandangnya kosong. Masih bingung antara
mimpi dan kenyataan.
Setelah itu kami
kembali ke rumah dan ketika aku membuka handphone, ada banyak ucapan
belasungkawa dari teman-temanku. Adi dan Nia katanya mau ke rumah malam ini dan
Wayan ternyata juga mau ke rumah selesai ngampus. Dia menanyakan alamat lengkap
rumahku. Beberapa jam kemudian mereka datang hanya berselang beberapa menit.
Malam ini jadwalnya adalah Yaasinan. Kami semua udah siap dengan buku Yaasin
kami masing-masing.
Ika :
Kami mau Yaasinan. Kakak gak apa-apa? Apa mau ikutan baca? *sambil bercanda
Wayan :
Boleh, tapi aku bisanya baca huruf latinnya.
Ika :
Gak usah, kakak duduk di sini aja J
Selesai membaca doa untuk Bapak, kami
pamitan untuk kembali ke rumah. Aku, Nia, Adi, dan Wayan serasa temu kangen.
Kami mengobrol segala hal terbaru tentang kami masing-masing. Aku merasa
tubuhku sangat lelah, mataku terasa berat jadi aku mengobrol sambil tiduran.
Saat itu, salah satu dari kami membawa coklat dan karena aku sedang malas gerak
jadi aku minta tolong diambilkan coklat. Lalu Wayan yang mengambilkan coklat
dan menyuapkannya padaku. Ada perasaan yang beda ketika tangannya menyentuh
bibirku, mungkin karena aku sedang lemah, pikirku saat itu. Setelah istirahat
sebentar, Wayan pun pamit pulang karena paginya masih harus ngampus. Seharusnya
dia tidak perlu jauh-jauh ke rumahku, dia bisa datang saat hari libur. Dia tahu
bahwa saat ini aku sangat rapuh dan butuh seseorang untuk menopang.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Sabtu, 4 Mei 2013
adalah hari yang sangat bersejarah buat aku dan Wayan. Hari itu tiba-tiba
adik-adikku berkata bahwa mereka harus ke rumah teman mereka dan aku terpaksa
ditinggal sendirian. Aku bercerita ke Wayan dan tiba-tiba dia menawarkan diri
untuk menemaniku tetapi setelah dia menonton film dengan teman-teman KOASnya.
Aku pun membolehkannya setelah berbicara dengan adikku. Jadi adikku boleh pergi
kalau Wayan sudah sampai di rumah. Waktu yang disepakati sudah lewat dan aku
mulai cemas akan sendirian di rumah. Namun, tidak lama kemudian motornya Wayan
berbunyi. Aku langsung menyambutnya dengan suka cita.
Ika :
Gar, ini Wayan *meninggalkan mereka ke dapur.
Inggar :
Inggar. Ayo duduk.
Wayan :
Yoi.
Inggar :
Lo pacarnya mbak Ika ya?
Wayan :
Boro-boro
Inggar :
Hahaha,,, titip mbak gue ya *pergi meninggalkan kami berdua.
Sepeninggalan Inggar, aku lanjut menonton Sailormoon
dan tiba-tiba Wayan memelukku dari belakang. Aku pun langsung menengok ke
belakang. Kami saling pandang beberapa detik dan seketika itu pula bibir kami
bertemu, tangan kanan Wayan menyentuh pipiku dan tangan kirinya menopang
tubuhku. Hatiku berdegup kencang. Ini adalah ciuman pertamaku. Aku tidak
menyangka akan mengalami ciuman pertama bersamanya.
Wayan :
Aku sayang kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?
Ika :
Emmm… *tersenyum
Tanpa perlu menunggu jawabanku, Wayan pun
langsung memeluk dan menciumku kembali. Hari itu seakan kita melupakan semua
perbedaan kita, tembok itu hancur oleh kasih sayang kita berdua.
Ika :
Tapi, jangan kasih tahu siapa-siapa dulu ya, terutama Adi dan Nia.
Wayan :
*hanya mengangguk.
Seminggu kemudian
Wayan ulang tahun. Aku menyiapkan surprise kecil-kecilan untuknya. Aku
membuatkan puding coklat, makanan kesukaannya saat ia sering maen ke
kontrakanku, dan notes kecil untuk dia mencatat pelajaran KOASnya. Aku sudah
merencanakan akan mengejutkannya tepat di pergantian hari tetapi saat itu Wayan
masih terjaga karena dia mengerjakan tugas KOAS. Aku malah sudah tidur duluan
di ruang tamu, tadinya mau menemani dia tapi gagal J Jadilah, saat alarmku berbunyi, aku
dengan bodohnya menyuruh Wayan untuk mengambil puding di kulkas. Untungnya dia
tidak nyambung dengan perkataanku, mungkin saat itu dia berpikir aku hanya
mengigau J
Ketika aku sudah benar-benar sadar, aku segera ke dapur mengambil puding coklat
dan lilin lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya. Yeay,,, kejutanku
berhasil walaupun tidak tepat pukul 00.00 WIB.
Semakin hari
hubungan kami semakin erat. Tiap menit kami selalu saling mengabarkan. Tiap
malam kami selalu telpon-telponan, membicarakan kejadian yang hari ini kami
alami. Sebenarnya aku yang paling banyak cerita karena aku yang selalu punya
cerita setiap harinya dan Wayan juga yang selalu menyuruhku untuk bercerita,
dia memang lelaki pendiam dan pendengar yang baik. Wayan selalu menemaniku
hingga aku tertidur, dia suka bernyanyi untukku. Dia tahu kalau aku susah untuk
tidur dan lagu yang bisa membuatku cepat tertidur. Di juga tahu bahwa aku
sering sendirian di rumah jadi dia akan selalu menemaniku sampai aku
benar-benar tertidur pulas.
Bisa dibilang kami
LDRan, walaupun kata orang-orang jarak Jakarta-Bogor mah dekat jadi pasti
sering ketemuan. Hey, ini bukan masalah jarak tapi masalah kesibukan
masing-masing. Aku yang masih harus ikut pelatihan, yang terkadang weekend pun
suka masuk. Wayan juga tidak kalah sibuk dengan agenda KOASnya. Kami tidak
terlalu memusingkan hal tersebut karena tiap hari selalu saling mengabari.
Setiap kencan akan selalu menjadi momen berharga kami. Kencan pertama kami
adalah ke Tamini Square. Untuk pertama kalinya aku boncengan motor dengannya
sebagai seorang pacar, bukan adik, rasanya memang berbeda. Di sana Wayan selalu
menggenggam tanganku, seakan aku tidak boleh jauh dari dirinya.
Ika :
Salah tempat nich kita. Aku baru inget di sini banyak orang Pulo.
Wayan :
Terus kenapa? Emang salah kalau aku megang tangan kamu?
Ika :
*senyum.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
Ika :
Sayang, ke PRJ yuk? Sebelum aku pergi OJT lagi ke Banjarmasin dan sebelum kamu
KOASDA.
Wayan :
Yuk. Minggu ini aja, say.
Ika :
Ok.
Kami pun pergi ke PRJ dengan naik motor
dan melalui bantuan Nokia Maps. Kami hampir nyasar karena aku salah baca peta
tapi Wayan berhasil menyelamatkan kami sampai PRJ. Sesampainya di PRJ, kami kelilingi semua
booth yang ada di sana. Baru pertama kali aku benar-benar masuk ke semua booth
yang ada di PRJ. Aku berhasil membujuk Wayan membeli powerbank untuk mengatasi
handphonenya yang sering mati. Kami foto-foto di hampir seluruh venue. Wayan
sangat puas masuk ke dunia Korea, hampir semua barang yang ada di sana dia foto
bersama dengan dirinya. Dan aku baru sadar bahwa pacarku ternyata berbakat
sekali menjadi fotografer dan foto model.
Aku
penasaran dengan rumah hantu di sana jadi aku mengajak Wayan untuk masuk ke
dalamnya.
Ika :
Sayang, ke rumah hantu yuk?
Wayan :
Kamu yakin mau masuk ke sana? Gak takut?
Ika :
Khan ada kamu *melirik manja
Wayan :
Kayaknya gak nyeremin, say. Ngantrinya panjang juga.
Ika :
Tapi aku penasaran pengen masuk. Ayolah, say *mata memohon.
Wayan :
Ya udah, ayo kita masuk.
Ika :
Makasih sayangku J
Kami pun memasuki rumah hantu. Di awal
pintu masuk sudah terdengar suara-suara dan bau ciri khas rumah hantu. Ternyata
kami harus jalan sampai pintu keluar, melewati lorong yang gelap. Aku terus
pegangan dengan Wayan, sedangkan dia sibuk mencari jalan untuk kami keluar.
Pernah di suatu lorong kami tersesat dan dengan santainya dia bertanya dengan
hantu di dalam lorong tersebut. Jelaslah hantu itu tidak akan kasih tahu, dia
khan tidak boleh bicara. Akhirnya aku melihat ada jalan dan kami bisa keluar
lorong tersebut. Kejadian itu sangat konyol, jadilah kami berdua tertawa
terbahak-bahak sepanjang perjalanan keluar rumah hantu. Mungkin orang-orang
heran karena tidak biasanya ada orang keluar rumah hantu dengan tertawa terbahak-bahak.
Setelah keluar dari
rumah hantu, kami makan malam dan ternyata ada sebuah band terkenal di panggung
utama, Ada Band. Setelah makan, kami langsung menuju panggung utama.
Mendengarkan dan ikut bernyanyi bersama Ada Band. Sejak saat itu, lagu-lagu Ada
Band menjadi lagu kenangan buat kami. Bahkan Wayan pernah berkata bahwa dia
akan langsung ingat aku tiap dengar lagu Ada Band. Sungguh petualangan di PRJ
yang sangat menyenangkan dan akan selalu dikenang, selamanya.
---------------------------------------♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡--------------------------------------
No comments:
Post a Comment