Wednesday, December 29, 2010

Cinta Pertama


Cinta Pertama
D

unia adalah sesuatu yang indah tetapi terkadang dunia bisa menjadi sesuatu yang menakutkan… Setiap hari selalu ada perubahan di dalam hidup kita. Oleh sebab itu, manusia memiliki banyak pengalaman setiap harinya. Ini adalah cerita tentang pengalaman cinta seorang anak manusia. Pengalaman cinta yang mungkin akan selalu dikenang untuk selama-lamanya.

Kata orang masa yang paling indah adalah masa SMA. Ternyata semua itu benar adanya dan aku sendiri sudah mengalaminya.
Semua itu bermula dari class meeting semester I ketika aku masih kelas X. Seperti biasa aku tidak pernah ketinggalan untuk memberi support kepada tim futsal Puma. Hari itu adalah hari Minggu dan tim kami akan bertanding melawan tim kelas II–5. Aku dan teman–teman sudah menunggu lamaaaaa sekali tetapi sampai Zuhur pun tim kami belum juga bertanding, aku sampai bosan. Akhirnya aku memutuskan pulang ke rumah untuk mengambil makanan, sekalian jalan-jalan karena aku paling malas dan sebal kalau disuruh menunggu lama. Maklumlah aku ini orangnya memang tidak sabaran.
Lia              : Ma, w pulang dulu ya…
Dharma    : Yah…ko’ lo pulang sich
Lia              : Tenang aja nanti w balik lagi ko’
Dharma    : Ya udah jangan lama-lama & bawa makanan ya…
Lia              : Iya lele, dasar lo minta makanan terus !!! ( sambil tersenyum )
Sesampainya kembali di sekolah, aku melihat tim Puma sudah mulai bertanding. Tanpa harus menunggu komando, aku segera memberi semangat kepada mereka.
Lia              : Ayo PUMA….Semangat…(teriak keras)
Sari            : Ayo Sepuluh Lima…. ( teriak keras )
Fika           : Sepuluh Lima…hu…hu…hu…hu…
Qq               : Sepuluh Lima…hu…hu…hu…hu…
Awalnya tim Puma kalah tetapi kami bisa mengejar ketertinggalan tersebut. Tanpa sengaja ketika aku sedang memberi semangat kepada tim Puma, aku melihat sesosok pria yang tersenyum melihat tingkahku. Aku pun membalas senyuman itu dengan gaya santaiku yang khas.
Prolog        : Ni cowok, sapa yach ? Kayaknya w pernah liat dech??? Ko’ mirip kaya’ Uwan ya, jangan-jangan dia kakaknya Uwan??? Tapi manis juga
Seusai pertandingan futsal, aku segera menghampiri teman-teman untuk mengucapkan selamat atas kemenangan tim kami. Setelah itu, aku bertanya kepada Dharma tentang cowok itu
Lia              : Ma, cowok itu sapa sich ?
Dharma    : Yang mana ?
Lia              : Itu, yang tadi jadi wasit kita
Dharma    : Ooo… yang itu. Itu sich kak Ari, dia itu ketua bola. Kenapa ? Lo suka sama dia?
Lia              : Apaan sich lo ? W khan cuma nanya doang, abis mukanya mirip temen w sich
Sejak saat itu aku semakin penasaran dengannya dan aku selalu  bertanya tentang Kak Ari kepada Dharma. Dharma selalu menyanjung Kak Ari sehingga aku semakin suka padanya.
Dharma    : Li, ka’ Ari itu alim banget lho
Lia              : Yang bener…? Tau dari mana lo ?
Dharma    : Bener. Kata anak bola pas mereka nginep di Puncak cuma k’ Ari doang yang gak ngeliat VCD bokep
Lia              : Sumpeh lo ??? Lo gak bohong sama w khan ?
Dharma    : Kapan w pernah bohong sama lo ? W khan orang jujur, ganteng & baik ( narsis )
Lia              : Iya dech w percaya ( sedikit mual melihat kenarsisan Dharma ) Btw, gara-gara lo w jadi bener-bener suka sama k’ Ari nich
Dharma    : Lah…ko’ gara-gara w ???
Lia              : Ya iyalah, sapa suruh lo nyanjung-nyanjung dia terus di depan w ?
Dharma    : Tapi, lo mau khan ?
Lia              : Iya juga sich. Tapi lo tetep harus tanggung jawab
Dharma    : Ko’ jadi w yang tanggung jawab ? Itu khan perasaan lo sendiri. Lagian w harus tanggung jawab gimana?
Lia              : Ya… setidaknya lo kenalin w sama k’ Ari
Dharma    : Yah… w khan gak deket sama dia
Lia              : Ya ampun lele !!! Tapi lo khan anak bola, makanya k’lo ada latihan tuh lo dateng terus, jangan males-malesan jadi lo khan bisa deket sama dia
Dharma    : Ah… males ah w
Lia              : Dasar gak setia kawin !!! Awas lo nanti k’lo ada apa-apa gak bakal w bantuin !!! ( pergi meningggalkan Dharma sambil tersenyum )
Ketika perayaan ultah sekolahku, Kak Ari sangat ganteng memakai pakaian adat Betawi karena dia sedang menjadi ABNON & aku ingin sekali berkenalan dengannya tetapi aku malu. Aku berbicara kepada Dharma lalu Dharma segera memanggil Kak Ari dan saat itu juga aku tidak berani untuk berbicara dengannya. Alhamdulillah Dharma tidak jadi memperkenalkan diriku kepadanya karena sebelumnya aku sudah memarahi dirinya. Dharma akhirnya hanya berpura-pura bertanya tentang jadwal latihan futsal.
Hari berganti hari dan aku selalu memikirkannya. Aku selalu menunggu dia di kelas karena terkadang dia suka keliling kelas untuk meminta amal masjid. Aku juga selalu melihat dia bermain bola. Ketika aku melihat dia bermain bola, aku semakin suka dengannya karena cara dia bermain bola sangat keren.
Suatu hari temanku pernah bertanya kepadaku.
Dari           : “Li, lo udah kenalan belom sama Kak Ari?”
Lia              : “Belom, abis susah banget lagian gw malu”.
Dari           : “Kenapa lo gak cari aja no teleponnya di buku tahunan?”
Lia              : “Oh iya, kenapa gak kayak gitu aja ya, sekarang anterin gw ke perpus yuk”.
Kami pun segera menuju ke perpustakaan. Di sana aku segera mencari buku tahunan di rak majalah tetapi aku tidak menemukannya. Dari menyuruhku untuk bertanya kepada ibu penjaga perpustakaan dan ternyata buku itu disimpan olehnya agar tidak hilang.
Aku pun mulai mencari nama Taufik dan akhirnya aku menemukannya. Namanya adalah Taufik Arifiansyah. Hal yang pertama kali aku lihat adalah nomor teleponnya. Aku segera mencatat nomor teleponnya dan tanpa sengaja aku juga melihat tanggal lahirnya. Tak terasa bel pun berdering, kami pun segera berlari ke lantai tiga untuk masuk ke kelas X-5. Sepulang sekolah, aku menghampiri Dari.
Lia              : “Dar, makasih ya atas sarannya”.
Dari           : “Sama-sama. Ngomong-ngomong kapan lo mau telepon Kak Ari?”.
Lia              : “Belom tau sich, mungkin Sabtu malam, doain ya.
Dari           : “Ya, tenang aja”.
Sabtu malamnya aku menelepon Kak Ari. Perasaanku saat itu sangat deg-degan. Aku merinding dan seluruh badanku dingin bagaikan menunggu pengumuman kelulusan. Tadinya aku sempat ragu apakah aku jadi menelepon dia tetapi aku teguhkan hatiku untuk tetap menelepon dirinya. Aku berdoa dalam hati semoga dia yang mengangkat telepon dariku. Alhamdulillah Allah mengabulkan doaku.
Aku mulai berbicara dengan suara yang kubuat tenang karena aku sangat deg-degan. Aku memulai pembicaraan dengan bertanya tentang jadwal latihan futsal dan sepak bola. Dia penasaran denganku dan dia selalu bertanya siapa namaku. Tentu saja aku tidak memberitahukannya. Selama tiga hari berturut-turut aku selalu meneleponnya dan kami mulai sedikit akrab. Aku senang sekali karena ternyata dia orangnya asyik diajak ngobrol.  Dia membicarakan tentang dirinya padaku dan panggilan kesayangannya di rumah. Kalau di rumah dia sering dipanggil dengan nama Ari dan aku boleh memanggilnya dengan nama tersebut. Sungguh senangnya hatiku ketika dia berbicara seperti itu.
Hari Sabtu ketika aku sedang mentoring aku bertemu dengannya tetapi dia tidak menyapaku karena aku tahu dia belum tahu siapa aku sebenarnya. Ketika ingin salat Zuhur, aku melihatnya sedang berwudhu. Aku segera menghampirinya dan memperkenalkan namaku. Seperti biasa dia hanya berkata “Oh, kamu yang namanya Lia”, kata Kak Ari. Selanjutnya dia minta izin pergi ke aula untuk salat Zuhur.
Sejak hari itu sikap dirinya sedikit berubah kepadaku. Tadinya aku berpikir mungkin memang sifatnya seperti itu. Hubungan pertemanan kami menjadi jauh karena ada kejadian yang membuat aku dan dia malu. Kejadian itu bermula ketika dia meminta sumbangan masjid kepada anak-anak kelasku. Anak-anak sekelasku meledekku di depan dia. Otomatis aku sangat malu bercampur marah kepada teman-temanku. Aku pikir dia juga malu sama sepertiku. Sore harinya aku segera meneleponnya dan meminta maaf tetapi dia bersikap acuh kepadaku. Sejak saat itu hubungan pertemanan kami menjadi rapuh.
Suatu hari aku bertemu dengannya di kantin tetapi dia tidak menyapaku sama sekali. Aku menjadi sedih dan bertanya “Apa sih salahku?”. Mungkin Kak Ari berpikir bahwa aku suka padanya dan dia tidak suka bila ada yang menyukainya. Aku sendiri saja masih bingung dengan perasaan ini. Sejujurnya aku ingin sekali dekat dengannya tetapi aku tidak berpikiran ingin memilikinya, aku hanya ingin dia menjadi seorang kakak atau sahabat yang setia kepadaku. Kalaupun dia sudah ada yang punya aku tidak akan mengganggu hubungan mereka.
Di hari Valentine aku melihat banyak sekali ucapan Valentine untuknya. Ketika aku meneleponnya aku pun meledekinya dan dia hanya bersikap biasa-biasa saja. Aku pernah memberinya selembar kertas yang berisi trik-trik agar masuk PTN, aku harap kertas itu berguna baginya. Ketika aku meneleponnya dan bertanya apakah dia sudah membaca kertas yang kuberi, dia menjawabnya dengan acuh. Aku pun kembali sedih, aku berpikir mungkin sekarang ini bukan waktunya untuk bertelepon ria dengannya karena dia sedang sibuk belajar untuk UN.
Sejak saat itu aku tidak pernah meneleponnya karena aku berpikir bahwa dia sedang sibuk belajar untuk menghadapi UN dan SPMB. Aku pun harus konsentrasi ke Ujian Blok Semester II agar nilaiku memuaskan. Pada suatu hari aku dikejutkan dengan berita bahwa salah satu dari temanku juga suka dengan Kak Ari. Tadinya aku sempat sebal dengannya karena kata teman-temanku yang lain dia itu orangnya memang punya banyak gebetan dan setiap temannya yang lain suka dengan seorang cowok dia pasti juga akan suka dengan cowok itu. Beberapa hari aku sempat menghindarinya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak aku inginkan.
Setelah beberapa hari hatiku mulai tenang dan aku berprinsip bahwa Cinta itu adalah Anugerah Terindah yang diberikan oleh Allah & Cinta itu adalah Hak Asasi Manusia jadi kita tidak boleh melarang setiap orang untuk jatuh cinta oleh siapa pun. Oleh sebab itu aku tidak pernah lagi membicarakan Kak Ari di depannya.
Tidak terasa hari perpisahan dengan Kak Ari sudah di depan mata. Hari ini adalah acara perpisahan kelas III dan aku ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Acara itu diadakan di Gedung Sasono Langen Budoyo, TMII. Di sana aku memberanikan diri untuk berfoto dengan Kak Ari. Alhamdulillah dia bersedia untuk berfoto denganku. Secara sepintas aku melihat seorang gadis yang cantik jelita duduk di sebelahnya. Aku berpikiran bahwa gadis itu adalah pacar Kak Ari. Saat itu juga hatiku hancur bagaikan terkena bom. Aku berusaha tetap ceria di depan teman-temanku.
Aku selalu memperhatikan Kak Ari dan gadis itu dari tempat dudukku dan aku berusaha menenangkan hatiku. Di dalam hati aku berjanji tidak akan berharap lagi kepadanya. Ketika aku sedang memperhatikannya aku sempat lupa dengannya karena suatu kejadian.
Kejadian itu berawal ketika aku sedang kedinginan dan meminta kepada temanku Dharma untuk memindahkan kalor kepadaku. Aku terpaksa meminta kepadanya karena dia yang duduk di sebelahku. Tadinya dia tidak ingin melakukannya tetapi tiba-tiba dia memegang tanganku sangat erat. Memang benar saat itu juga aku tidak kedinginan tetapi aku langsung kesetrum karena genggamannya sangat erat dan beda dengan yang pernah dia lakukan dulu. Aku sangat takut jika teman-temanku melihatnya dan memang benar, tiba-tiba saja Yola datang menghampiri kami dan mungkin dia melihat kejadian itu. Aku segera melepaskan tanganku dari genggamannya.
Sejak kejadian itu aku merasa bersalah kepada temanku dan aku takut jika mereka membenciku. Aku tahu ada temanku yang sangat suka dengan Dharma namanya Sari dan Dharma pun sudah mengetahuinya. Aku pernah diberitahu oleh Dharma bahwa dia menganggap Sari hanya teman biasa. Sari sering marah padaku karena dia cemburu melihat kedekatanku dengan Dharma. Aku selalu memberitahu kepadanya bahwa aku dan Dharma hanya teman dan tidak lebih dari itu. Karena kejadian itu aku berusaha menahan pikiranku agar tidak suka dengan Dharma. Alhamdulillah aku bisa melakukannya dan menganggap bahwa Dharma itu hanya seorang teman yang setia mendengar semua curhatku.
Tidak terasa aku sudah naik ke kelas XI. Walaupun begitu aku masih tetap memikirkan Kak Ari. Setiap aku melewati aula aku selalu teringat dengannya. Aku selalu ingat bahwa dulu aku sering memperhatikannya ketika dia sedang salat. Aku juga selalu membayangkan dirinya ketika aku melihat anak-anak cowok sedang bermain bola. Aku selalu teringat dengan gayanya bermain bola dan cara dia melewati lawan-lawannya. Bagiku sampai saat ini belum ada yang bisa menandinginya di sekolahku. Dan aku selalu berkata seperti itu kepada Dharma. Mungkin Dharma bosan dan sebal mendengarnya.
 Pada tanggal 30, 31 Desember 2005 dan 1 Januari 2006 anak-anak ROHIS 07 mengadakan PARIS ( Pariwisata Islam ) di Sukabumi. Sebenarnya aku ikut menjadi panitia khususnya seksi konsumsi tetapi karena sebelumnya aku sakit demam hingga pingsan jadi aku tidak diperbolehkan oleh ibu untuk ikut ke sana. Aku sangat sedih dan sebal pada saat itu. Tetapi aku berpikir bahwa ibu memang benar karena kalau aku ikut ke sana aku hanya menyusahkan teman-temanku. Memang benar bahwa aku belum sehat dan belum kuat untuk pergi jauh apalagi ke pegunungan yang hawanya dingin, hal itu akan semakin membuat tubuhku lemah.
Esok harinya Fika mengirim SMS kepadaku, dia memberitahu bahwa di sana ada Kak Ari. Aku semakin sebal dan sedih sekali. Aku sempat menangis, aku juga tidak tahu mengapa air mata ini tiba-tiba saja mengucur deras dari mataku. Aku segera mengirim SMS ke Dharma dan menyuruhnya untuk meneleponku. Tak lama suara telepon pun  berdering dan ternyata Dharma yang menelepon. Aku mulai bercerita kepadanya dan dengan gayanya yang khas dia hanya tertawa mendengar ceritaku. Aku sebal sekali dan memarahinya. Dia lalu menyuruhku untuk tenang dan memberitahukan kepadaku bahwa nanti di Freedom alumni-alumni juga akan datang. Dia berkata bahwa Kak Ari pasti datang karena dia ingin melihat tim futsal 48 bertanding. Mendengar hal itu aku sedikit tenang dan berterima kasih kepada Dharma.
Sampai saat ini aku masih rindu dengan Kak Ari walaupun aku pernah mencoba untuk melupakannya. Aku pernah berpacaran dengan Dias. Memang aku merasakan bahagia dengannya walaupun kami hanya berpacaran kurang dari satu bulan. Tetapi terkadang aku masih sering memikirkan Kak Ari. Mungkin Kak Ari itu memang benar-benar cinta pertamaku. Seperti orang-orang bilang bahwa cinta pertama akan selalu dikenang sampai kapan pun dan itu terjadi kepadaku sekarang. Sekarang aku benar-benar bisa merasakan cinta pertama yang mungkin tidak akan pernah bisa kumiliki. Cinta yang hanya bisa kubayangkan tanpa bisa kusentuh. Itulah cinta pertamaku…


Created by Ika Nur Aprilia Ningtyas

Jakarta, 6 Januari 2006

    





No comments:

Post a Comment